BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam pelaksanaan kurikulum, evaluasi merupakan
salah satu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengetahui keefektifan kurikulum. Evaluasi menjadi
bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian dari sistem manajemen,
yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum
juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya
monitoring dan evaluasi. Tanpa
evaluasi, maka kita tidak akan bisa
mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan
serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil yang diperoleh
sebagai balikan (feed-back) dalam
memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Sehingga, hasil-hasil
kurikulum dapat
digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan
kebijaksanaan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba untuk memaparkan
bagaimana evaluasi pelaksanaan kurikulum dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
evaluasi pelaksanaan kurikulum?
2.
Apa saja
obyek-obyek evaluasi pelaksanaan kurikulum?
3.
Apa syarat
evaluasi pelaksanaan kurikulum?
4.
Bagaimana
model-model evaluasi pelaksanaan kurikulum?
C.
Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian evaluasi
pelaksanaan kurikulum.
2. Agar dapat mengetahui obyek-obyek evaluasi
pelaksanaan kurikulum.
3. Agar dapat mengetahui syarat evaluasi pelaksanaan
kurikulum.
4. Agar dapat mengetahui model-model evaluasi
pelaksanaan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Guba dan
Lincoln (1985), menekankan devenisi evaluasi sebagai “a process for describing an evaluand and judging its merit and worth”.
Berdasarka beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa evaluasi adalah
suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu
sistem, berdasarkan pertimbangan dan criteria tertentu sebagai bentuk
akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan. [1]
Dalam evaluasi,
pengukuran tidak lagi merupakan bagian integral atapun suatu langkah yang
harus ditempuh. Pengukuran hanya merupakan salah satu langkah yang mungkin
dipergunakan dalam kegiatan evaluasi, sedangkan penilaian dan evaluasi memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai
atau menentukan nilai sesuatu, sedangkan perbedaannya adalah terletak pada
ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau satu aspek saja,
seperti prestasi belajar siswa. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan secara
internal, yakni orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam suatu
kegiatan seperti guru menilai prestasi belajar peserta didik dalam suatu
mata pelajaran.
Evaluasi dan
penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes
merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran menggambarkan
hal-hal yang bersifat kuantitatif, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih
bersifat kualitatif. Evaluasi dan penilaian pada hakikatnya merupakan suatu
proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Keputusan penilaian tidak
hanya didasarkan pada hasil pengukuran. Tetapi dapat pula didasarkan pada hasil
pengamatan dan wawancara. Dalam konteks sistem kurikulum, istilah yang tepat
digunakan adalah evaluasi yaitu evaluasi kurikulum.
Dengan
demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan penilaian,
penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka
menentukan keefektifan kurikulum, senagkan penilaian hasil belajar adalah suatu
kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penafsiran informasi tentang proses dan
hasil belajar peserta didik berdasarkan pertimbanagn dan kriteria tertentu untuk
membuat suatu keputusan.
B.
Obyek- Obyek Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Objek evaluasi
kurikulum menurut Nana Syaodih.S, Evaluasi kurikuum sukar dirumuskan secara tegas, hal itu
disebabkan oleh beberapa faktor ;
a)
Evaluasi Kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena
yang terus berubah.
b)
Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu
yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.
c)
Evaluasi kurikulum merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.
Dari point dua
yang menyaakan bahwa objek evaluasi
kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang
digunakan. Maka kita kaji terlebih dulu tentang konsep kurikulum. Konsep
kurikulum itu sendiri merumuskan bahwa kurikulum merupakan daerah studi intelek
yang cukup luas. Banyak teori tentang kurikulum, beberapa teori menekankan pada
rencana yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar pilosofis, dan pada
konsep-konsep yang diambil dari imu perilaku manusia. Ini menunjukan bahwa
luasnya teori-teori tentang kurikulum. Secara sederhana teori kurikulum dapat
diklasifikasikan atas teori-tori yang lebih menekankan pada isi kurikulum, pada
situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum. Jadi objek dari evaluasi yang dapat kita simpulkan dari
pernyataan diatas yaitu ada tiga :
a)
Isi
kurikulum
b)
Situasi
pendidikan
c)
Organisasi
kurikulum
Menurut Wina Sanjaya, kurikulum dapat dipandang dari dua sisi. Sisi pertama
kurikulum sebagai suatu program pendidikan, atau kurikulum sebagai suatu
dokumen , dan dari sisi kedua kurikulum sebagai proses atau kegiatan.
1.
Evaluasi
kurikulum sebagai suatu program atau dokumen
a.
Evaluasi tujuan
pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah
satu komponen yang ada di dalam dokumen kurikulum. Evaluasi kurikulum sebagai
dokumen adalah evaluasi terhadap tujuan, setiap mata pelajaran terdapat
sejumlah kriteria untuk meilai tujuan ini
a) Apakah tujuan
setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan
lembaga sekolah yang bersangkutan ?
b) Apakah tujuan
itu mudah difahami oleh setiap guru?
c) Apakah ujuan
yang dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
b.
Evaluasi
terhadap isi atau materi kurikulum
Bahwa yang
dimaksud dengan isi atau materi kurikulum adalah seluruh pokok bahasan yang
diberikan dalam setiap mata pelajaran. Sejumlah pertanyaan yang dapat dijadikan
kriteria untuk menguji isi atau materi kurikulum diantaranya :
a) Apakah isi
kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah
ditetapkan?
b) Apakah isi atau
materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan yang mutakhir?
c) Apakah isi
kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan dimana anak
tinggal?
d) Apakah urutan
isi kurikulum sesuai dengan karakteristik isi atau materi kurikulum?
c.
Evaluasi
terhadap strategi pembelajaran
Sebagai
suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat petunjuk-petunjuk
bagaimana cara pelaksanaan pembelajaran atau cara mengimplementasikan kurikulum
di dalam kelas. Salah satu aspek yang
berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah aspek pedoman perumusan,
strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan untuk menilai pedoman strategi belajar mengajar diantaranya
:
a) Apakah strategi
pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung untuk keberhasilan
pencpaian tujuan pendidikan?
b) Apakah strategi
pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong aktifitas dan minat siswa untuk
belajar?
c) Bagaimana
keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi pembelajaran yang
direncanakan?
d) Apakah strategi
pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreatifitas guru?
e) Apakah strategi
pembelajaran sesuai dengan tingkat perkrmbangan siswa?
f) Apakah strategi
pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia?
d.
Evaluasi
terhadap program penilaian
Komponen
keempat yang harus dijadikan sasaran penilai terhadap kurikulum sebagai suatu
program adalah evaluasi terhadap program penilaian. Beberapa kriteria yang
dapat dijadikan acuan adalah :
a) Apakah program
evaluasi relevan dengan tujuan yang akan dicapai?
b) Apakah evaluasi
diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik sebagai formatif maupun fungsi
sumatif?
c) Apakah program
evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan difahami oleh guru?
d) Apakah program
evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
2.
Evaluasi
pembelajaran sebagai implementasi kurikulum
Kurikulum
sebagai suatu dokumen memiliki keterkaitan yang tidak terpisahkan dengan
implementasi kurikulum tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum dan
pembelajaran bagai dua sisi dari satu mata uang logam yang masing-masing sama
pentingnya. Walaupun keduanya memiliki
posisi yang berbeda akan tetapi sama pentignya, dengan demikian sisi kedua dari
kurikulum adalah pelaksanaan atau implementasi kurikulum itu sendiri. Beberapa
kriteria yang dapat diajukan untk menilai implementasi tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Apakah
implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan program yang
direncanakan?
2) Sejauh mana
siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai?
3) Apakah secara
keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan efisien?
Dari uraian di
atas dapat kita simpulkan bahwa objek evaluasi kurikulum adalah :
a. Tujuan
pendidikan
b. Isi atau materi
kurikulum
c. Strategi
pembelajaran
d. Program
penilaian
C.
Syarat Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan
persyaratan-persyaratan tertentu. Dengan mengutip pemikian Doll
(1976), dikemukakan
syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu “acknowledge presence of value and
valuing, orientation to goals, comprehensiveness, continuity, diagnostics worth
and validity and integration.”
Syarat-syarat evaluasi pelaksanaan kurikulum,
yaitu:
1.
Berorientasi
pada tujuan
Meliputi tujuan institusional (kelembagaan), kurikuler (bidang studi), instruksional (pembelajaran).
2.
Berkesinambungan
Kegiatan yang saling berkaitan
sejak tahapan perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap penyimpulan.
3.
Komprehensif
Seluruh komponen harus
dievaluasi, meliputi tujuan, isi, strategi pembelajaran, media, dan sebagainya.
4.
Berfungsi
Ganda
Keperluan pengambilan keputusan
maupun keperluan bagi sekolah dimana kurikulum dilaksanakan.
5.
Berorientasi
pada kriteria
Sesuai dengan sasaran,
keserasian, keterampilan, kepercayaan, dan objektifitas. [3]
D.
Model Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Ada
beberapa model dalam evaluasi kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1.
Evaluasi
kurikulum model penelitian (research
evaluation model)
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologi serta ekperimen lapangan. Salah
satu pendekatan dalam evalusai yang menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative
approach, yaitu dengan mengadakan perbandingan antara dua macam kelompok
anak.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian
didasarkan atas teori dan metode tes psikologi dan serta eksperimen lapangan.
Tes psikologi atau tes psikometrik pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes
intelegensi yang ditunjukkan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes bawaan
yang mengukur perilaku skolastik.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen
tersebut. Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang
bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah teknis dan logis,
yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok-kelompok
yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar
pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut
sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasieksperimen
yang dapat dilakukan.
2.
Model
evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented
evaluation model)
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat
penting dari proses pengembangan kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan
kurikulum lain, tetapi diukur dengan seperangkat tujuan atau kompetensi
tertentu. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan
tujuan-tujuan atau kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim
pengembang model obyektif, yaitu sebagai berikut:
- Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum
- Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
- Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
- Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan
Dasar-dasar teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral
dalam berbagai rancangan kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar
berprogram dan system instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI
(Individually Prescribed Instruction). Dalam IPI anak mengikuti
kurikulum yang mengikuti 7 unsur, yaitu:
- Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan unit-unit
- Suatu prosedur program testing
- Pedoman prosedur penulisan
- Materi dan alat-alat pengajaran
- Kegiatan guru dalam kelas
- Kegiatan murid dalam kelas
- Prosedur pengelolaan kelas.
3.
Model
evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)
Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara
kerjanya berlawanan dengan model evaluasi yang berorientasi pada tujuan.
Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang
menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kerjanya.
Cara dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan yang terjadi, baik
hal-hal positiv yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang tidak diinginkan.
4.
Model
campuran multivariasi
Model campuran multifariasi adalah strategi evaluasi yang
menyatukan unsur-unsur dari beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini
memungkinkan perbandingan lebih dari satu kurikulum dan secara serempak
keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria khusus dari masing-masimg
kurikulum.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini
yaitu:
- mencari dan menentukan sekolah yang berminat untuk dievaluasi atau diteliti.
- Pelaksanaan program, bila tidak ada percampuran sekolah, maka tekanannya pada partisipasi yang optimal.
- Semetra tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan menggunakan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan.
- Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer.
- Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda.
Beberapa
kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:
- Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.
- Terlalu banyaknya variable yang perlu dihitung pada suatu saat.
- Meskipun model ini telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.
5. Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)
Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi
kurikulum dalam sebuah kubus. Kubus ini memiliki tiga bidang, bidang pertama
adalah perilaku (behavior) yang meliputi perilaku cognitive, affective,
psychomotor. Bidang kedua adalah pembelajaran (instruction), yang meliputi
organisasi, materi, metode fasilitas atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga
adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid, administrasi,
tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat.
6. Model CIPP (Contex, Input,
Procces, and Product)
Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan
kawan-kawan di Ohio State University AS dan model ini paling banyak diikuti
oleh para evaluator. Model ini memandang bahwa kurikulum yang dievaluasi adalah
sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan untuk menggunakan model
CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut berdasarkan
komponen-komponen model CIPP. Model ini mengemukakan bahwa untuk melakukan
penilaian terhadap program pendidikan diperlakuakan empat macam jenis yaitu:
1. Penilaian konteks (context)yang
bekaitan dengan tujuan.
Penilaian konteks adalah upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan, populasi dan sample yang
dilayani serta tujuan pembelajaran. Kebutuhan siswa apa saja yang belum
terpenuhi, tujuan apa saja yang belum tercapai dan tujuan apa saja yang belum
tercapai.
2. Penilaian masukan (input) yang
berguna untuk pengambilan k eputusan desain.
Maksud evaluasi ini adalah kemampuan
siswa dan kemapuan sekolah dalam menunjang pendidikan.
3. Penilaian proses (process) yang
membimbing langkah operasional dalam pembuatan keputusan.
Penilaian ini menunjukkan pada
kegiatan yang dilakukan dala program, apakah pelaksanaan kurikulum tetap
sanggup melakukan tugasnya, siapa yang bertanggung jawab melaksanakannya, dan
lain-lain.
- Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai tambahan erbuatan keputusan (product).
Penilaian keluaran adalah tahap akhir serangkaian evaluasi
program kurikulum, yang diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang
terjadi pada siswa.
7. Model Ten Brink
Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum
yaitu; pertama, tahap persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
- Melukiskan secara spesifik pertimbangan dan keputusan yang dibuat.
- Melukiskan informasi yang diperlukan.
- Memanfaatkan informasiyang ada
- Menentukan kapan dan bagaimana cara memperoleh informasi
- Menyusun dnn memilih instrument pengumpulan informasi yang digunakan.
Kedua,
tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi yang
diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian
yang berisi keiatan – kegiatan sebgai berikut:
- Membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan
- Membuat keputusan yang merupakan suatu pilihan beberapa alternatif tindakan
- Mengikhtisarkan dan melaporkan hasil penilaian
8. Model Pendekatan Proses
Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan
berkembang secara kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting.
Karakteristik model ini adalah:
- Kriteria yang digunakanuntuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksanaan (evaluator) berada di lapangan.
- Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
- Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.
Adapun prosedur evaluasi kurikulum model pendekatan proses
adalah sebagai berikut:
- Pengumpulan data dari berbagai sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru dan tenaga kependidikan
- Menganalisis data setelah data terkumpul dari berbagai sumber
- Pengambilan keputusan dan berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum, sehingga akan melahirkan pemikiran alternativ untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.
9. Model Evaluasi Kuantitatif
Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam
penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi
penerapan pemikiran paradigma positivisme. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, paradigma positivism menjadi tradisi keilmuan dalm evaluasi
terutama melalui tradisi psikometrik.
Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model
kuantitatif ini ialah persamaan mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada
kurikulum dimensi hasil belajar. Ada beberapa macam dalam model evaluasi
kuantitatif yaitu:
- Model balck box Tyler
Model Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi
yang diberikan oleh pengembangnya. Tyler, yang mengajukan model ini menuliskan
buah pikirannya tersebut tidak dalam satu tulisan lepas mengenai evaluasi
kurikulum. Buku yang diberi judul Basic principles of curriculum and
instruction ditulis ketika ia bertugas sebagai professor di Universitas
Chicago.
Model yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu:
evalusai yang ditunjukkan kepada tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus
dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum suatu pelaksanaan
kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum tersebut.
Dengan dasar evaluasi yang kedua, Tyler menghendaki
evaluator dapat menetukan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil
belajar yang diperoleh dari kurikulum. Dalam pelaksanaannya, Tyler mengemukakan
ada tiga prosedur utama yang harus dilakukan yaitu:
- Menentukan tujuan kurikulum yang akan di evaluasi
- Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
- Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
Model evluasi Tyler memiliki keunggulan dalam
kesederhanaannya. Evaluator dapat memvokuskan kajian evaluasinya hanya pada
satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Keunggulan model Tyler pada
sisi lain menjadi titik lemah model ini. Fokus pada hasil belajar dan
mengabaikan dimensi proses adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan kelemahan model ini adalah
kenyataan yang diungkapkan oleh banyak studi yang mengkaji dimensi proses.
Kenyataan yang terungkap dari hasil studi tentang proses ini menyebabkan sukar
untuk melakukan claim bahwa hasil yang diperlihatkan oleh peserta didik
adalah hasil yang ditimbulkan kurikulum yang dievaluasi
2. Model teoritik Taylor dan Maguire
Model ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimabangan
teoritik suatu model evaluasi kurikulum. Unsur-unsur yang ada dalam model ini
seperti sumber sosial tujuan, tujuan yang dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral,
pengembangan strategi dan semangat psikometrik kiranya merupakan pengaruh
Tyler yang mungkin tidak didasari Taylor dan Maguire.
Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
tersebut maka satuan pendidikan mengembangkan visi dan tujuan yang ingin
dicapai satuan pendidikan tersebut. Tugas tugas tersebut yaitu:
- Menjadi pengembang tanggung jawab para pengembang kurikulum ditigkat satuan pendidikan
- Mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuah behavioral dan hasilnya dimasukkan menjadi vektor lanjur matrik penafsiran
- Mengevaluassi pengembangan tujuan tersebut menjadi pengalaman belajar.
3. Model pendekatan sistem Alkin
Pendekatan ini memiliki keunikan dibandingkan pakar evaluasi
lainnya dimana ia memasukkan unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan
evaluasi. Model ini dikembangkan berdasarkan empat asumsi yaitu:
- Variable perantara adalah merupakan satu-satunya kelompok varabel yang dapat dimanipulasi.
- Sistim luar tidak langsung dipenaruhi oleh keluaran sistim
- Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki kontrol mengenai pengaruh yang diberikan sistim luar.
- Faktor masukkan mempengaruhi aktivitas faktor perantara
Pada dasarnya, model pendektan system Alkin dapat digunakan
untuk melakukan kajian mengenai kurikulum di Indonesia terlebih-lebih ketika
satuan pendidikan telah memiliki KTSP. Kekuatan model ini adalah keterkaitannya
dengan sistem. Evaluasi suatu satuan pendidikan yang masing-masing sangat
dimungkiinkan karena setiap satuan pendidikan itu merupakan unit yang
dikendalikan secara khusus dengan berlakunya manajemen berbasis sekolah.
Kelemahan model ini terutama keterbatasannya dalam fokus
kajian. Model ini hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah
siap dilaksanakan oleh sekolah. Dala situasi pengembangan kurikulum yang
sekarang (KTSP) model ini dapat digunakan setelah kurikulum tersebut berhasil
dikembangkan dan siap dilaksanakan di satuan pendidikan tersebut.
4. Model countenance stake
Model ini adalah model pertama evaluasi kurikulum yang
dikembangkan Stake. Stake mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus
dilakuakan dengan cara yang diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan.
Dalam buku ini model Stake dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif
karena pada awalnya model ini dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi,
apabila kemudian adaevaluator yang ingin menggunakan model ini dengan pendekatan
kualitatif tentu saja.
10. Model Ekonomi Mikro
Model ekonomi mokro pada dasarnya adalah model yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebagaimana kebanyakan model kuantitatif,
model ekonomi mikro memiliki fokus utama pada hasil (hasil dari pekerjaan,
hasil belajar dan hasil yang diperkirakan).
Dalam mengukur hasil, digunakan suatu instrument yang sudah
ditandarisasi. Penggunaan instrumen standar penting karena hanya dengan
demikian perbandingan antara biaya dengan hasil dapat dilakukan secara berimbang.
Kurikulum lain yang dikembangkan oleh satuan pendidikan lain mungkin didasarkan
atas ide yng berbeda. Dalam pandangan teoritikkurikulum satuan pendidikan
tersebut dinyatakan baahwa seseorang yang telah menyelesaikan studinya harus
memiliki pengetahuanyang cukup untuk dapat hidup produktif di masyarakat.
Persoalan mengenai persamaan tujuan kurikulum yang akan
dibandinkan tidak akan dialami oleh evaluator yang akan menerapkan model
cost-benefit. Hal penting lainnya ialah bahwa skala penilaian tersebut diukur
pada pengukuran interval dan bukan ordinal.
Model terakhir dari kelompok mikro ekanomi ialah yang
dinamakan model cost-feasibility. Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model
ini tidak berusaha mencari hubungan antara biaya dengan hasil tertentu.
Perhitungan biaya masa depan perlu diperhitungkan agar kurikulum yang
dikembangkan tersebut mendapat jaminan dalam implementasinya.
11. Model Evaluasi Kualitatif
Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu
menempatkan proses pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh
karena itu kurikulum dalam dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan
perhatian dibandingkan dimensi lain suatu kurikulum walaupun harus dikatakan
bahwa perhatian utama terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian
kuatnya posisi studi kasus sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif
sehingga setiap orang berbicara tentang model evaluasi kualitatif maka nama
studi kasus segera muncul dalam kontak memorinya.[4]
[1]
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011, hlm. 265.
[2]
Shabill, http://queenshabill-justsayit.blogspot.co.id/2011/06/objek-evaluasi-kurikulum.html, diakses pada Selasa, 30 Mei
2017, pukul 16.03 WIB
[3]
Bowo Putra, www.academia.edu/11848349/Bab-v-evaluasi-kurikulum.html, diakses pada Selasa, 30 Mei 2017
pukul 15.55 WIB
[4] Muhammad
Bushairi, https://muhammadbushairi.wordpress.com/2012/06/28/makalah-evaluasi-kurikulum/,
diakses pada Selasa 30 Mei 2017, pukul 16.15 WIB
0 komentar:
Posting Komentar